Month: October 2024

  • Memperkuat Literasi dan Numerasi untuk Generasi Masa Depan: Strategi, Tantangan, dan Peran Penting Pendidikan Dasar

    Dalam dunia pendidikan, literasi dan numerasi adalah keterampilan dasar yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap siswa. Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca, tetapi juga pemahaman mendalam terhadap teks yang dibaca.

    Begitu pula dengan numerasi, yang bukan sekadar menghitung tetapi juga kemampuan menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pada episode pertama dari Siniar GIAT SD, tema ini dikupas dengan berbagai perspektif oleh seorang guru yang berdedikasi, Bu Galih, yang berbagi pengalaman, tantangan, dan strategi yang digunakan untuk memperkuat keterampilan literasi dan numerasi di tingkat pendidikan dasar.

    Artikel ini akan menggali lebih dalam topik literasi dan numerasi, peran penting guru dan orang tua, serta tantangan yang muncul akibat pandemi COVID-19.

    Apa Itu Literasi dan Numerasi dalam Konteks Pendidikan Dasar?

    Literasi di tingkat pendidikan dasar melampaui kemampuan membaca kata demi kata. Literasi yang ideal adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan menghubungkan apa yang dibaca dengan pengalaman sehari-hari. Numerasi juga memiliki dimensi yang lebih luas; ini mencakup pemahaman dan penerapan konsep matematika dalam berbagai situasi nyata.

    Siswa yang menguasai literasi dan numerasi akan lebih siap menghadapi jenjang pendidikan selanjutnya dan memiliki kemampuan kritis dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

    Mengapa Literasi dan Numerasi Sangat Penting di Pendidikan Dasar?

    Pendidikan dasar merupakan fondasi utama dalam pembentukan kemampuan belajar anak. Seperti yang dikemukakan Bu Galih, pendidikan dasar adalah landasan yang akan menentukan keberhasilan pembelajaran di jenjang berikutnya.

    Anak-anak yang memiliki fondasi literasi dan numerasi yang kuat diharapkan dapat mengembangkan kemampuan analisis dan keterampilan berpikir kritis yang akan membantu mereka dalam mencapai prestasi akademik dan non-akademik yang lebih tinggi.

    Peran Guru dan Orang Tua dalam Meningkatkan Literasi dan Numerasi

    Meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi siswa bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, tetapi juga orang tua di rumah. Guru dapat membimbing dan mengajarkan keterampilan ini melalui berbagai metode dan pendekatan yang menarik. Misalnya, di sekolah, Bu Galih melakukan asesmen awal untuk mengetahui kemampuan literasi dan numerasi setiap siswa. Setelah itu, ia memberikan bimbingan tambahan bagi siswa yang memerlukan perhatian khusus.

    Selain guru, orang tua juga memainkan peran penting. Pendidikan anak harus menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah dan rumah. Orang tua yang melibatkan diri dalam proses belajar anak, seperti membantu anak membaca di rumah atau memberikan kegiatan menghitung sederhana dalam kehidupan sehari-hari, dapat membantu memperkuat keterampilan dasar yang diajarkan di sekolah.

    Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Literasi dan Numerasi

    Pandemi COVID-19 telah berdampak signifikan pada dunia pendidikan, terutama pada aspek literasi dan numerasi. Pembelajaran jarak jauh yang berlangsung selama pandemi mengakibatkan keterampilan dasar anak menurun atau yang dikenal sebagai learning loss. Bu Galih menjelaskan bahwa banyak anak mengalami kesulitan dalam membaca dan berhitung karena berkurangnya waktu belajar efektif dan tergantikan oleh penggunaan perangkat digital. Salah satu tantangan besar setelah pandemi adalah penurunan fokus atau rentang perhatian anak selama pembelajaran tatap muka. Siswa yang terbiasa menggunakan perangkat digital cenderung mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi di kelas.

    Strategi Mengatasi Learning Loss di Sekolah Dasar

    Untuk mengatasi dampak learning loss pada keterampilan dasar seperti literasi dan numerasi, Bu Galih menerapkan strategi asesmen awal untuk memahami tingkat kemampuan siswa setelah pandemi.

    Berdasarkan hasil asesmen, ia membedakan intervensi yang diberikan kepada siswa berdasarkan kebutuhan mereka. Siswa yang mengalami kesulitan membaca atau berhitung akan mendapatkan bimbingan tambahan di luar jam pelajaran reguler. Hal ini dilakukan agar setiap siswa dapat mengejar ketinggalan mereka tanpa mengganggu perkembangan teman-teman lainnya.

    Membangun Kebiasaan Membaca dan Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis

    Kebiasaan membaca sangat penting dalam pembentukan literasi dan numerasi yang baik. Di Indonesia, kebiasaan membaca masih belum terbentuk dengan baik dibandingkan negara-negara lain. Pengalaman Bu Galih saat belajar di luar negeri menunjukkan bahwa budaya membaca sangat kuat di masyarakat Inggris, yang menganggap membaca sebagai aktivitas sehari-hari. Kebiasaan membaca ini membentuk keterampilan berpikir kritis, karena siswa terbiasa memproses informasi dari berbagai sumber.

    Di sekolah, Bu Galih menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan membaca. Misalnya, ia membuat pojok baca di kelas dan mendorong siswa untuk membaca bersama atau berdiskusi tentang isi bacaan mereka. Ia juga mengajak orang tua untuk menyediakan buku di rumah dan mendorong anak-anak mereka untuk mengunjungi perpustakaan.

    Kebiasaan ini, jika dilakukan secara konsisten, dapat menumbuhkan kecintaan pada membaca serta kemampuan berpikir kritis dalam diri siswa.

    Mengintegrasikan Literasi dan Numerasi ke dalam Berbagai Mata Pelajaran

    Literasi dan numerasi tidak terbatas pada mata pelajaran bahasa dan matematika saja. Guru dapat mengintegrasikan kedua keterampilan ini ke dalam mata pelajaran lainnya, seperti Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK). Misalnya, dalam pelajaran PJOK, siswa belajar tentang gizi seimbang dengan membaca informasi nutrisi dan menghitung kebutuhan kalori harian.

    Aktivitas ini menggabungkan literasi dan numerasi dengan cara yang relevan dan kontekstual bagi siswa.

    Pentingnya Komitmen Bersama dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    Perbaikan kualitas pendidikan membutuhkan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Bu Galih, sinergi antara pihak-pihak tersebut sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa. Jika orang tua, guru, dan masyarakat memiliki pemahaman yang sama tentang pentingnya literasi dan numerasi, maka siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang diajarkan di sekolah.

    Tantangan Literasi dan Numerasi di Indonesia dan Harapan ke Depan

    Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam bidang literasi dan numerasi. Menurut Bu Galih, kurang dari 20% siswa Indonesia mampu menyelesaikan soal-soal literasi yang membutuhkan pemahaman cerita atau narasi sederhana. Angka ini menunjukkan bahwa peningkatan literasi dan numerasi harus menjadi prioritas dalam sistem pendidikan kita. Ke depannya, diharapkan akan ada program-program yang lebih banyak untuk memperkuat keterampilan literasi dan numerasi, serta kebijakan yang mendukung akses yang lebih mudah terhadap buku dan bahan bacaan berkualitas.

    Kesimpulan

    Memperkuat literasi dan numerasi di tingkat pendidikan dasar adalah langkah krusial untuk membentuk generasi yang mampu berpikir kritis dan siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Guru, orang tua, dan masyarakat memiliki peran yang sama penting dalam menciptakan fondasi ini. Dalam menghadapi dampak pandemi, kita perlu strategi yang tepat untuk mengatasi learning loss, seperti asesmen awal dan intervensi yang sesuai untuk setiap siswa. Dengan membangun kebiasaan membaca dan berpikir kritis, serta mengintegrasikan literasi dan numerasi dalam berbagai aspek pendidikan, kita dapat mempersiapkan generasi masa depan yang cerdas, kreatif, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.


    FAQ

    1. Apa yang dimaksud dengan literasi dan numerasi dalam pendidikan dasar?
      Literasi adalah kemampuan untuk membaca dan memahami teks secara kritis, sedangkan numerasi adalah kemampuan untuk menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
    2. Mengapa pandemi COVID-19 berdampak negatif pada literasi dan numerasi siswa?
      Pandemi menyebabkan siswa kehilangan banyak waktu belajar tatap muka dan lebih banyak menggunakan perangkat digital, yang mengurangi waktu efektif untuk belajar membaca dan berhitung.
    3. Apa peran orang tua dalam meningkatkan literasi dan numerasi anak?
      Orang tua berperan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung di rumah, seperti membantu anak membaca dan memberikan kegiatan sederhana untuk memperkuat keterampilan berhitung.
    4. Bagaimana guru dapat mengatasi kesenjangan literasi dan numerasi di kelas?
      Guru dapat melakukan asesmen awal, memberikan intervensi khusus bagi siswa yang memerlukan bimbingan ekstra, dan membuat kegiatan belajar yang menarik dan relevan.
    5. Apa harapan terhadap literasi dan numerasi di masa depan?
      Diharapkan adanya peningkatan kesadaran akan pentingnya literasi dan numerasi, serta kebijakan yang mendukung akses lebih luas terhadap bahan bacaan berkualitas bagi anak-anak Indonesia.
  • Mewujudkan Sekolah Sehat untuk Generasi Tangguh

    Pendahuluan: Mengapa Sekolah Sehat Penting?

    Di era digital yang penuh tantangan ini, kesehatan dan kesejahteraan siswa menjadi fokus utama. Paparan terhadap gaya hidup tidak sehat, pengaruh media sosial, dan tekanan akademis dapat berdampak negatif pada perkembangan mereka. Sekolah, sebagai lingkungan utama bagi siswa, memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan ekosistem yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan mereka.

    Gerakan Sekolah Sehat, yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menjadi langkah strategis untuk mewujudkan hal ini. Gerakan ini mendorong sekolah untuk mengintegrasikan program kesehatan dan kesejahteraan ke dalam setiap aspek kegiatannya.

    Sekolah Sehat: Landasan Membangun Generasi Tangguh

    Yanita, Education Officer UNICEF perwakilan Surabaya, menekankan bahwa “sekolah adalah tempat yang paling penting dan memiliki peranan penting dalam mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan peserta didik”. Investasi dalam kesehatan siswa adalah investasi untuk masa depan bangsa. Sejalan dengan itu, Dr. Setia Haksama, staf pengajar FKM UNER, menyatakan bahwa “SDM, SDM, dan SDM” adalah kunci untuk membangun manusia yang berkualitas, meliputi aspek IQ, EQ, SQ, dan FQ.

    Tantangan Kesehatan Siswa di Era Digital

    Sumber-sumber menunjukkan bahwa siswa saat ini menghadapi berbagai tantangan kesehatan, seperti:

    • Gaya hidup tidak sehat: Kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, dan kecanduan gadget.
    • Pengaruh negatif media sosial: Paparan terhadap konten yang tidak pantas, cyberbullying, dan tekanan sosial.
    • Tekanan akademis: Beban belajar yang berat, persaingan yang ketat, dan kurangnya dukungan.

    Tantangan-tantangan tersebut dapat memicu berbagai masalah kesehatan, baik fisik maupun mental. Beberapa di antaranya adalah:

    • Stunting dan obesitas: Dua masalah gizi yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
    • Penyakit tidak menular: Seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker.
    • Kesehatan mental: Seperti stres, kecemasan, depresi, dan perilaku menyakiti diri sendiri.

    Strategi Mewujudkan Sekolah Sehat: Rekomendasi UNICEF dan UNESCO

    UNICEF dan UNESCO telah mengembangkan kerangka kerja komprehensif untuk mewujudkan sekolah sehat. Kerangka kerja ini selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dan profil pelajar Pancasila. Berikut beberapa strateginya:

    1. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat

    Program pendidikan keterampilan hidup sehat bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan yang sehat dan bertanggung jawab. Materi yang diajarkan meliputi:

    • Kesehatan reproduksi: Memahami perubahan fisik dan emosional selama pubertas, serta cara menjaga kesehatan reproduksi.
    • Pencegahan kekerasan: Mengenali berbagai bentuk kekerasan, termasuk bullying dan kekerasan seksual, serta cara melindungi diri dan mencari bantuan.
    • Kesehatan mental: Memahami emosi, mengelola stres, dan membangun hubungan yang sehat.
    • Gizi dan aktivitas fisik: Menerapkan pola makan sehat dan rutin berolahraga.
    • Norma, etika, dan hak: Mengembangkan karakter yang bermoral dan menghormati hak orang lain.

    2. Penciptaan Lingkungan Sekolah yang Sehat dan Mendukung

    Lingkungan sekolah yang sehat dan mendukung sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan siswa . Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

    • Infrastruktur dan fasilitas yang memadai: Ketersediaan ruang kelas yang nyaman, sanitasi yang bersih, kantin sehat, dan sarana olahraga.
    • Sistem disiplin positif: Penerapan aturan yang adil dan konsisten, serta penggunaan konsekuensi yang mendidik.
    • Peningkatan kapasitas guru dan staf: Pelatihan tentang kesehatan fisik dan mental, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), dan pendidikan inklusif.
    • Keterlibatan orang tua dan komunitas: Kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam mendukung program kesehatan.

    3. Membangun Budaya Sekolah yang Menghargai Kesehatan

    Budaya sekolah yang menghargai kesehatan akan mendorong perilaku sehat di kalangan siswa . Hal ini dapat diwujudkan dengan:

    • Mengintegrasikan program kesehatan ke dalam kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler: Seperti melalui project-based learning dan profil pelajar Pancasila .
    • Mengadakan kegiatan promosi kesehatan secara rutin: Seperti kampanye gizi seimbang, senam bersama, dan peringatan hari-hari kesehatan .
    • Memberikan penghargaan kepada siswa dan guru yang berprestasi dalam bidang kesehatan: Seperti penghargaan untuk kantin terbersih atau siswa paling aktif dalam kegiatan olahraga.

    Kolaborasi: Kunci Mewujudkan Sekolah Sehat

    Mewujudkan sekolah sehat bukanlah tugas sekolah semata, melainkan tanggung jawab bersama. Peran penta helix, yang melibatkan pemerintah, akademisi, masyarakat, dunia usaha, dan media massa, menjadi sangat penting. Contoh kolaborasi yang dapat dilakukan adalah:

    • Pemerintah: Menyusun kebijakan dan mengalokasikan anggaran untuk mendukung program sekolah sehat.
    • Akademisi: Melakukan penelitian dan pengembangan program, serta memberikan pelatihan kepada guru dan staf sekolah.
    • Masyarakat: Berpartisipasi dalam kegiatan sekolah sehat, seperti menjadi relawan atau donatur.
    • Dunia usaha: Memberikan dukungan finansial atau sumber daya lainnya melalui program CSR.
    • Media massa: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya sekolah sehat dan mempromosikan program-program yang ada.

    Kesimpulan: Sekolah Sehat untuk Masa Depan Gemilang

    Sekolah sehat adalah fondasi bagi terciptanya generasi yang sehat, cerdas, dan produktif. Dengan menerapkan strategi yang tepat dan melibatkan semua pemangku kepentingan, kita dapat mewujudkan sekolah yang menyehatkan dan mendukung siswa untuk mencapai potensi terbaik mereka. Mari kita bersama-sama bergerak mewujudkan sekolah sehat demi masa depan bangsa yang gemilang!

    Beberapa catatan lainnya bisa di cek di sini

    Ringkasan Webinar Sekolah Sehat Angkatan Ketiga

    • Tanggal: 30 Oktober 2024
    • Tema: Sekolah sebagai Pilar Kesehatan dan Kesejahteraan Siswa
    • Penyelenggara: Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur
    • Peserta: Dinas Pendidikan Provinsi, Cabang Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah, dan Guru dari berbagai jenjang pendidikan di Jawa Timur.

    Webinar ini dibagi menjadi dua sesi:

    Sesi 1: Sekolah Sebagai Pilar Kesehatan dan Kesejahteraan Siswa (oleh Ibu Yanita, Education Officer UNICEF Perwakilan Surabaya)

    • Pendidikan, Kesehatan, dan Kesejahteraan:
    • Pendidikan adalah proses pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
    • Kesehatan adalah kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang lengkap.
    • Kesejahteraan adalah tingkat kepuasan seseorang akan hidup mereka.
    • Isu Kesehatan dan Kesejahteraan Siswa:
    • Angka kematian remaja disebabkan oleh cedera lalu lintas, kekerasan, tenggelam, dan diare.
    • Disability Adjusted Life Years (DALYs) tinggi disebabkan oleh kecelakaan, penyakit kulit, gangguan perilaku, dan kecemasan.
    • Peran Sekolah:
    • Sekolah memiliki peran penting dalam membentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa dalam menghadapi kebutuhan dan hak atas kesehatan dan kesejahteraan.
    • Sekolah harus menyediakan program pendidikan yang komprehensif, tidak hanya fokus pada aspek akademis.
    • Elemen Kesehatan dan Kesejahteraan di Sekolah:
    • Pemahaman tentang kesehatan reproduksi.
    • Pencegahan kekerasan.
    • Pemahaman isu gender.
    • Nutrisi dan kesehatan fisik.
    • Mengelola hubungan sosial.
    • Norma, nilai, etika, dan hak.
    • Kurikulum dan Bahan Ajar:
    • Kurikulum Merdeka dan Profil Pelajar Pancasila sejalan dengan kerangka kerja UNICEF untuk kesehatan dan kesejahteraan siswa.
    • UNICEF menyediakan bahan ajar untuk mendukung penerapan program kesehatan dan kesejahteraan di sekolah.
    • Optimalisasi Kesejahteraan Anak di Satuan Pendidikan:
    • Menerapkan sistem disiplin positif.
    • Mengoptimalkan peran guru BK dan UKS.
    • Menjalin rujukan dengan pihak luar seperti Puskesmas dan universitas.
    • Kerjasama yang solid antara pihak sekolah, orang tua, dan komite sekolah.

    Sesi 2: Mengoptimalkan Kesehatan Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan (oleh Dr. dr. Gigi Setia Haksama, MKes, Staf Pengajar FK KM UNAIR)

    • Investasi Pendidikan dan Kesehatan:
    • Mutu SDM ditentukan oleh kesehatan.
    • Investasi pada pendidikan dan kesehatan ibu dan anak sangat penting untuk membangun SDM yang berkualitas.
    • Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Anak dan Remaja:
    • Gizi: Kurangnya gizi seimbang, pola makan buruk.
    • Kesehatan mental: Stres akademis, bullying, masalah keluarga.
    • Aktivitas fisik: Kurangnya olahraga, kebiasaan duduk lama.
    • Lingkungan sekolah: Fasilitas sanitasi, kebersihan, akses layanan kesehatan.
    • Implementasi Sekolah Sehat:
    • Memetakan dan mengidentifikasi kebutuhan kesehatan siswa.
    • Diskusi dengan orang tua dan wali murid.
    • Pelatihan bagi guru dan staf tentang kesehatan fisik dan mental.
    • Melibatkan komunitas kesehatan, orang tua, dan stakeholder terkait.
    • Membangun budaya kesehatan dan hidup sehat di sekolah.
    • Peran Penta Helix:
    • Infrastruktur sarana dan prasarana sekolah yang memadai.
    • Pelatihan kesehatan dan keselamatan bagi guru dan staf.
    • Membangun budaya dan adab yang sehat.
    • Memahami ilmu psikologi pendidikan.
    • Peran aktif siswa dalam menjaga kesehatan.
    • Dukungan dan pemahaman orang tua.
    • Kebijakan pemerintah yang mendukung.

    Kesimpulan Umum:

    • Sekolah memiliki peran penting dalam mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan siswa.
    • Kesehatan harus menjadi mainstream dalam setiap kegiatan sekolah.
    • Perlu kerjasama yang erat antara semua pihak (penta helix) untuk mewujudkan sekolah sehat.
    • Implementasi gerakan sekolah sehat harus berkelanjutan dan dievaluasi secara berkala.

    Rekomendasi:

    • Mendorong kolaborasi dan koordinasi antar stakeholder.
    • Meningkatkan kualitas infrastruktur dan sarana prasarana sekolah.
    • Menyediakan pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru dan staf.
    • Mengoptimalkan peran orang tua dan komunitas dalam mendukung program sekolah sehat.
    • Memantau dan mengevaluasi program sekolah sehat secara berkala.

    Kutipan Penting:

    Sekolah sebagai salah satu pilar yang menjaga untuk tingkat kesejahteraan, pilar kesehatan dan kesehatan siswa ini adalah merujuk pada serangkaian program pendidikan yang ada yang membantu pembentukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan para pelajar untuk mengatasi kebutuhan dan hak atas kesehatan dan kesejahteraan siswa. baik pada masa saat ini maupun pada masa depan.”

    – Ibu Yanita

    “Apa yang harus kita ini ya? Apa yang harus kita ee lakukan? Bapak yang penting apa? SDM, SDM dan SDM. Kita ini membangun manusia.”

    – Dr. dr. Gigi Setia Haksama

    Bisa karena biasa.”

    – Dr. dr. Gigi Setia Haksama (mengenai pembiasaan pola hidup sehat)

    Catatan:

    • Perlunya input data anak berkebutuhan khusus ke Dapodik untuk perencanaan program dan kebutuhan guru pendamping khusus.
    • Pelatihan guru pendamping khusus merupakan kewenangan Balai Besar Guru Penggerak (BBGP).

    Webinar ini memberikan informasi dan inspirasi yang bermanfaat bagi para stakeholder pendidikan di Jawa Timur untuk bersama-sama mewujudkan sekolah sehat dan generasi yang sehat, waras, dan tangguh.

  • Sosialisasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2024

    Sosialisasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2024 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Implementasi Pengukuran Indeks Kinerja Pengelolaan Barang Milik Daerah

    I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD) yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel merupakan hal yang krusial dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. BMD sebagai aset daerah memiliki peran vital dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan, pelayanan publik, dan pembangunan daerah. Untuk itu, diperlukan pengaturan yang komprehensif dan berkesinambungan agar pengelolaan BMD dapat berjalan optimal dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.

    Seiring dengan dinamika perkembangan kebutuhan dan tuntutan good governance, peraturan perundang-undangan terkait pengelolaan BMD pun terus mengalami penyempurnaan. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan BMD, yang selama ini menjadi acuan utama, kini telah diperbarui melalui penerbitan Permendagri No. 7 Tahun 2024 tentang Perubahan atas Permendagri No. 19 Tahun 2016.

    Permendagri No. 7 Tahun 2024 hadir untuk menyelaraskan pedoman pengelolaan BMD dengan perubahan peraturan perundang-undangan di atasnya, yaitu Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Permendagri ini memuat sejumlah perubahan penting yang perlu dipahami dan diimplementasikan oleh seluruh pemerintah daerah.

    Sosialisasi Permendagri No. 7 Tahun 2024 menjadi langkah strategis untuk memastikan pemahaman dan implementasi yang seragam di seluruh daerah. Melalui sosialisasi ini, diharapkan para pengelola BMD di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat memahami substansi Permendagri No. 7 Tahun 2024 secara utuh, mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diatur, dan memperoleh panduan praktis dalam mengaplikasikannya.

    B. Maksud dan Tujuan

    Sosialisasi ini dimaksudkan untuk:

    • Meningkatkan pemahaman para pengelola BMD: mengenai substansi Permendagri No. 7 Tahun 2024.
    • Menjelaskan perubahan-perubahan: yang diatur dalam Permendagri No. 7 Tahun 2024 dibandingkan Permendagri No. 19 Tahun 2016.
    • Memberikan panduan praktis: dalam implementasi Permendagri No. 7 Tahun 2024 di tingkat daerah.
    • Memperkenalkan Indeks Kinerja Pengelolaan BMD: beserta metodologi pengukurannya.

    C. Sasaran Peserta

    Sosialisasi ini ditujukan kepada:

    • Para pengelola BMD di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
    • Pejabat yang bertanggung jawab atas pengelolaan BMD di masing-masing Perangkat Daerah.
    • Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terlibat dalam pengelolaan BMD.

    II. Substansti Permendagri No. 7 Tahun 2024

    A. Gambaran Umum

    Permendagri No. 7 Tahun 2024 merupakan penyempurnaan dari Permendagri No. 19 Tahun 2016 dan disusun sebagai tindak lanjut dari perubahan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Permendagri ini mengatur pedoman pengelolaan BMD secara menyeluruh, meliputi:

    • Perencanaan kebutuhan dan penganggaran BMD: Permendagri ini menegaskan pentingnya penyusunan Rencana Kebutuhan BMD (RKBMD) yang terintegrasi dengan sistem perencanaan dan penganggaran daerah. [1]
    • Pengadaan BMD: Pengadaan BMD harus dilakukan secara efisien, efektif, transparan, dan akuntabel, serta mengutamakan produk dalam negeri. [2]
    • Penggunaan BMD: BMD yang telah dibeli atau diperoleh harus segera digunakan sesuai dengan peruntukannya dan dikelola dengan baik agar manfaatnya optimal. [3]
    • Pemanfaatan BMD: BMD yang tidak digunakan untuk tugas dan fungsi Perangkat Daerah dapat dimanfaatkan oleh pihak lain untuk meningkatkan nilai guna BMD dan memberikan manfaat bagi daerah. [4, 5]
    • Pemindahtanganan BMD: Pemindahtanganan BMD dapat dilakukan dalam bentuk penjualan, tukar menukar, hibah, penyertaan modal, dan/atau bentuk lain sesuai ketentuan. [6]
    • Penghapusan dan pemusnahan BMD: BMD yang sudah tidak layak pakai harus dihapuskan dan dimusnahkan sesuai dengan prosedur yang berlaku. [7, 8]
    • Pengendalian BMD: Pengendalian BMD dilakukan untuk memastikan BMD digunakan sesuai peruntukannya dan dikelola secara tertib administrasi dan fisik. [9, 10]

    B. Poin-poin Perubahan Penting

    Permendagri No. 7 Tahun 2024 memuat beberapa perubahan penting dibandingkan Permendagri No. 19 Tahun 2016, antara lain:

    1. Penambahan Jenis Pemanfaatan BMD: Permendagri ini menambahkan Kerja Sama Terbatas Untuk Pembiayaan Infrastruktur sebagai salah satu bentuk pemanfaatan BMD.
    2. Penambahan Pihak yang Dapat Menyewa BMD: Permendagri ini menambahkan unit penunjang kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan badan usaha lainnya sebagai pihak yang dapat menyewa BMD.
    3. Penyederhanaan Proses Pemindahtanganan BMD dalam Bentuk Penyertaan Modal: Permendagri ini menyederhanakan proses pemindahtanganan BMD dalam bentuk Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang sejak awal pengadaannya direncanakan untuk menjadi Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
    4. Perubahan Ketentuan Penilaian BMD: Permendagri ini memperbarui ketentuan mengenai penilaian BMD dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan.
    5. Ketentuan Inventarisasi BMD: Permendagri ini memuat aturan lebih detail mengenai inventarisasi dan pelaporan BMD. [11]

    III. Implementasi Pengukuran Indeks Kinerja Pengelolaan BMD

    A. Dasar Hukum

    Permendagri No. 19 tahun 2016 mencantumkan kewenangan Gubernur/Bupati/Walikota untuk menetapkan Indeks Kinerja dalam Pengelolaan BMD. [12]

    B. Tujuan Pengukuran

    Pengukuran Indeks Kinerja Pengelolaan BMD bertujuan untuk:

    • Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi pengelolaan BMD: di tingkat daerah dan unit kerja.
    • Mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan: dalam pengelolaan BMD.
    • Mendorong peningkatan kinerja pengelolaan BMD: di seluruh daerah.
    • Meningkatkan akuntabilitas pengelolaan BMD: dan transparansi penggunaan aset daerah.

    C. Aspek Penilaian

    Indeks Kinerja Pengelolaan BMD dapat diukur berdasarkan beberapa aspek, antara lain:

    • Perencanaan Kebutuhan BMD: meliputi kesesuaian RKBMD dengan rencana strategis dan program kerja, akurasi data, dan ketersediaan anggaran. [13]
    • Pengadaan BMD: meliputi ketepatan waktu, kesesuaian spesifikasi, dan efisiensi biaya dalam proses pengadaan BMD. [14, 15]
    • Penggunaan BMD: meliputi tingkat pemanfaatan BMD, kondisi fisik, dan pemeliharaan BMD. [3, 16]
    • Pemanfaatan BMD: meliputi tingkat pengembalian investasi, kontribusi terhadap pendapatan daerah, dan kepatuhan mitra terhadap perjanjian pemanfaatan. [4, 5]
    • Pemindahtanganan BMD: meliputi ketepatan waktu, kesesuaian prosedur, dan transparansi dalam proses pemindahtanganan BMD. [6]
    • Penghapusan dan Pemusnahan BMD: meliputi ketepatan waktu, kesesuaian prosedur, dan kelengkapan dokumentasi dalam proses penghapusan dan pemusnahan BMD. [7, 8, 17, 18]
    • Pengendalian BMD: meliputi kelengkapan data BMD, keakuratan pencatatan, dan efektivitas pengawasan terhadap penggunaan BMD. [9, 10]

    D. Metode Pengukuran

    Pengukuran Indeks Kinerja Pengelolaan BMD dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode:

    • Kualitatif: meliputi penilaian terhadap kesesuaian prosedur dan dokumentasi pengelolaan BMD.
    • Kuantitatif: meliputi penghitungan rasio dan indikator kinerja, seperti:
    • Rasio Pemanfaatan BMD: menunjukkan tingkat pemanfaatan BMD yang tidak digunakan untuk tugas dan fungsi Perangkat Daerah.
    • Tingkat Penyelesaian Rekomendasi BPK: menunjukkan tingkat kepatuhan terhadap rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait pengelolaan BMD. [19]

    E. Pelaporan dan Evaluasi Hasil

    Hasil pengukuran Indeks Kinerja Pengelolaan BMD perlu dilaporkan secara berkala kepada pimpinan daerah dan pihak terkait lainnya. Laporan tersebut harus memuat analisis terhadap capaian kinerja, kendala yang dihadapi, dan rekomendasi perbaikan.

    Evaluasi terhadap hasil pengukuran Indeks Kinerja Pengelolaan BMD dilakukan untuk mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan dan merumuskan strategi untuk meningkatkan kinerja pengelolaan BMD di masa mendatang.

    IV. Studi Kasus dan Praktik Terbaik

    Untuk melengkapi pemahaman peserta mengenai implementasi pengelolaan BMD, akan disajikan beberapa studi kasus dari daerah lain yang telah berhasil menerapkan sistem pengelolaan BMD yang baik. Studi kasus tersebut akan mencakup:

    • Praktik-praktik terbaik: dalam pengelolaan BMD, meliputi perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, penghapusan, dan pengendalian BMD.
    • Inovasi dan terobosan: dalam pengelolaan BMD, seperti pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BMD.
    • Strategi: dalam mengatasi kendala dan tantangan dalam pengelolaan BMD.

    V. Tanya Jawab dan Diskusi

    Sesi tanya jawab dan diskusi memberikan kesempatan kepada peserta untuk:

    • Memperjelas pemahaman: mengenai materi yang telah disampaikan.
    • Bertukar pengalaman dan pengetahuan: dengan peserta lain.
    • Memperoleh solusi: atas permasalahan yang dihadapi di lapangan.

    VI. Penutup

    A. Kesimpulan

    Permendagri No. 7 Tahun 2024 membawa perubahan signifikan dalam pengelolaan BMD di daerah. Beberapa poin perubahan penting yang perlu diperhatikan antara lain penambahan jenis pemanfaatan BMD, perluasan pihak yang dapat menyewa BMD, penyederhanaan proses pemindahtanganan dalam bentuk penyertaan modal, pembaruan ketentuan penilaian BMD, dan pengaturan yang lebih detail mengenai inventarisasi dan pelaporan BMD.

    Keberhasilan implementasi Permendagri No. 7 Tahun 2024 sangat bergantung pada komitmen dan sinergi dari semua pihak, mulai dari pimpinan daerah, pengelola BMD di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, hingga pelaksana di lapangan. Pengukuran Indeks Kinerja Pengelolaan BMD menjadi instrumen penting untuk mengukur efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pengelolaan BMD, serta mendorong upaya perbaikan yang berkelanjutan.

    B. Saran

    Untuk mengoptimalkan implementasi Permendagri No. 7 Tahun 2024, disarankan:

    • Penyusunan petunjuk teknis dan pedoman implementasi: yang lebih rinci dan mudah dipahami.
    • Peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM: pengelola BMD melalui program pelatihan dan pendidikan.
    • Pemanfaatan teknologi informasi: untuk mendukung pengelolaan BMD yang modern, terintegrasi, dan transparan.
    • Penguatan pengawasan dan pengendalian: terhadap pengelolaan BMD untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan kerugian daerah.

  • Kolaborasi untuk Sukses ANBK: Peran Tim Helpdesk dan Sinergi Stakeholder Pendidikan di Kabupaten Malang

    Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) telah menjadi agenda rutin tahunan dalam sistem pendidikan Indonesia. Tujuannya mulia, yaitu untuk mengevaluasi dan memetakan mutu pendidikan di seluruh jenjang, mulai dari sekolah dasar hingga menengah atas.

    ANBK dirancang untuk menghasilkan potret menyeluruh tentang kualitas pembelajaran, bukan untuk menilai individu siswa, guru, ataupun kepala sekolah.

    Suksesnya pelaksanaan ANBK bergantung pada banyak faktor, mulai dari kesiapan infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, hingga sinergi antar berbagai stakeholder pendidikan.

    Di Kabupaten Malang, berbagai tantangan dan kendala kerap muncul dalam penyelenggaraan ANBK, mulai dari kendala teknis seperti mati lampu dan koneksi internet yang tidak stabil, hingga masalah non-teknis seperti ketidakhadiran siswa dan pengisian berita acara yang kurang tepat.

    Di tengah kompleksitas pelaksanaan ANBK, Tim Helpdesk Kabupaten Malang hadir sebagai garda terdepan dalam memberikan solusi dan bantuan kepada sekolah.

    Tim Helpdesk, yang terdiri dari para ahli di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK), siap sedia 24 jam untuk merespon dan menyelesaikan berbagai kendala yang dihadapi sekolah, baik melalui komunikasi telepon, pesan instan, maupun remote access.

    Tim Helpdesk: Solusi Tepat untuk Berbagai Kendala Teknis

    Peran Tim Helpdesk sangat krusial dalam menjamin kelancaran ANBK. Layanan yang mereka berikan sangat beragam, mulai dari:

    • Bantuan pra-pelaksanaan: Tim Helpdesk memberikan panduan dan konsultasi kepada sekolah mengenai instalasi dan konfigurasi aplikasi ANBK, pengaturan server, penentuan status dan moda pelaksanaan, hingga pengisian data peserta didik.
    • Dukungan saat pelaksanaan: Ketika ANBK berlangsung, Tim Helpdesk siap siaga untuk menyelesaikan masalah teknis yang muncul, seperti koneksi internet terputus, aplikasi ANBK error, token tidak muncul, hingga kesulitan dalam mengunggah data.
    • Pendampingan pasca-pelaksanaan: Setelah ANBK selesai, Tim Helpdesk membantu sekolah dalam melakukan troubleshooting jika ada kendala dalam pengiriman data, menganalisis hasil ANBK, dan menyusun laporan.

    Komunikasi dan koordinasi yang baik antara sekolah dengan Tim Helpdesk sangat penting untuk mengoptimalkan efektivitas layanan. Sekolah diharapkan proaktif menghubungi Tim Helpdesk jika mengalami kendala dan memberikan informasi yang detail agar Tim Helpdesk dapat memberikan solusi yang tepat dan cepat.

    Sinergi Multi-Stakeholder: Kunci Sukses ANBK

    Pelaksanaan ANBK yang sukses menuntut sinergi dari berbagai pihak. Dinas Pendidikan Kabupaten Malang berperan penting dalam menyusun kebijakan, menyediakan infrastruktur, melakukan sosialisasi, dan mengkoordinasikan seluruh stakeholder.

    Pengawas sekolah bertugas memantau dan mengevaluasi pelaksanaan ANBK di sekolah, melakukan pengawasan silang, dan memberikan pembinaan kepada sekolah.

    Kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk memastikan kesiapan sekolah, menugaskan proktor dan teknisi, melakukan sosialisasi kepada guru dan orang tua, serta memantau pelaksanaan ANBK di sekolah.

    Proktor, sebagai ujung tombak di lapangan, bertanggung jawab atas instalasi dan konfigurasi aplikasi ANBK, persiapan data peserta didik, aktivasi peserta cadangan, pengunggahan data, dan penyelesaian masalah teknis. Teknisi mendukung proktor dengan memastikan kesiapan infrastruktur, mengatasi masalah jaringan internet dan listrik.

    Guru memiliki peran penting dalam membimbing dan mempersiapkan peserta didik, memastikan kehadiran mereka, dan menjaga ketertiban selama pelaksanaan ANBK. Orang tua juga diharapkan untuk mendukung dan memotivasi anak untuk mengikuti ANBK dengan baik serta berkoordinasi dengan sekolah jika ada kendala.

    Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan ANBK di Kabupaten Malang

    Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan ANBK di Kabupaten Malang, diperlukan beberapa strategi:

    • Peningkatan Kualitas Infrastruktur IT: Sekolah perlu meningkatkan kualitas infrastruktur IT, terutama ketersediaan komputer, jaringan internet, dan listrik yang stabil. Ketersediaan UPS yang berfungsi dengan baik menjadi sangat penting untuk mengantisipasi mati lampu.
    • Peningkatan Kapasitas SDM: Pelatihan dan pendampingan secara berkala perlu diberikan kepada proktor dan teknisi untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam mengelola aplikasi ANBK dan mengatasi masalah teknis.
    • Optimalisasi Peran Tim Helpdesk: Jangkauan layanan Tim Helpdesk perlu diperluas dengan menyediakan berbagai media komunikasi yang mudah diakses. Responsivitas Tim Helpdesk juga perlu ditingkatkan agar sekolah dapat segera mendapatkan solusi ketika menghadapi kendala.
    • Penguatan Koordinasi: Platform komunikasi yang terintegrasi dan efektif perlu dibangun untuk memfasilitasi koordinasi yang lebih baik antar stakeholder.
    • Sosialisasi: Sosialisasi yang lebih masif dan terstruktur tentang ANBK perlu dilakukan kepada seluruh stakeholder, terutama kepada orang tua dan masyarakat, untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan mereka.

    ANBK: Langkah Awal Menuju Pendidikan yang Lebih Baik

    ANBK bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan momentum penting untuk melakukan evaluasi dan refleksi diri dalam upaya memperbaiki mutu pendidikan. Hasil ANBK memberikan gambaran yang objektif tentang kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan di Kabupaten Malang, yang dapat dijadikan dasar untuk menyusun program dan kebijakan yang lebih tepat sasaran.

    Kolaborasi yang kuat antar stakeholder sangat penting untuk mewujudkan ANBK yang sukses dan bermanfaat. Mari kita jadikan ANBK sebagai langkah awal untuk membangun sistem pendidikan yang lebih baik dan berkualitas di Kabupaten Malang.

    Catatan:

    Artikel ini disusun berdasarkan informasi rapat koordinasi persiapan pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) jenjang Sekolah Dasar di Kabupaten Malang.

    FAQ Persiapan ANBK Jenjang Sekolah Dasar Kabupaten Malang

    1. Apa itu Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) dan apa tujuannya?

    ANBK adalah evaluasi sistem pendidikan yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. ANBK bertujuan untuk:

    • Memantau dan mengevaluasi sistem pendidikan.
    • Memperoleh potret mutu pendidikan di seluruh sekolah/madrasah.
    • Mendorong perbaikan kualitas pembelajaran dan pengelolaan satuan pendidikan.
    • Meningkatkan karakter dan kompetensi peserta didik.

    2. Apakah ANBK sama dengan Ujian Nasional (UN)? Apa perbedaannya?

    Tidak, ANBK berbeda dengan UN. UN adalah penilaian individual untuk kelulusan siswa, sedangkan ANBK adalah evaluasi sistem pendidikan yang tidak memiliki konsekuensi pada kelulusan siswa. ANBK juga tidak menghasilkan skor individual untuk murid, guru, atau kepala sekolah.

    3. Apa saja aspek yang dinilai dalam ANBK?

    ANBK menilai tiga aspek, yaitu:

    • Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Literasi dan Numerasi: Mengukur kemampuan literasi dan numerasi peserta didik sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.
    • Survei Karakter: Menilai sikap, nilai, dan kebiasaan peserta didik yang mencerminkan Profil Pelajar Pancasila.
    • Survei Lingkungan Belajar: Mengukur kualitas pembelajaran, refleksi guru, iklim sekolah, latar belakang keluarga siswa, dan program/kebijakan sekolah.

    4. Siapa saja yang wajib berpartisipasi dalam ANBK?

    ANBK diikuti oleh:

    • Peserta didik: Sampel siswa kelas 5 SD yang dipilih secara acak, maksimal 30 siswa per sekolah.
    • Pendidik: Semua guru yang terdaftar di Dapodik/EMIS.
    • Kepala Satuan Pendidikan: Kepala sekolah yang valid dan aktif.

    5. Apa saja peran dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan ANBK?

    Kepala sekolah bertanggung jawab untuk:

    • Melakukan sosialisasi ANBK kepada guru, tenaga kependidikan, dan orang tua siswa.
    • Berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan terkait persiapan ANBK.
    • Mendorong partisipasi semua pihak dalam ANBK.
    • Menyiapkan sarana dan prasarana ANBK di sekolah.
    • Memastikan semua siswa sampel mengikuti ANBK.
    • Mengatur proses pembelajaran selama ANBK berlangsung.
    • Melakukan pengawasan silang antar satuan pendidikan.
    • Melaporkan permasalahan teknis yang terjadi.
    • Menyusun laporan pelaksanaan ANBK dan program tindak lanjut berdasarkan Rapor Pendidikan.

    6. Bagaimana jika ada siswa yang berhalangan hadir saat ANBK?

    Siswa utama yang berhalangan hadir dapat digantikan dengan siswa cadangan, maksimal 5 siswa. Penggantian peserta selambat-lambatnya 15 menit sebelum pelaksanaan ANBK sesi pertama di hari pertama.

    7. Bagaimana cara mengatasi kendala teknis selama pelaksanaan ANBK?

    Jika terjadi kendala teknis, segera hubungi Tim Helpdesk ANBK Kabupaten Malang. Hindari memfoto soal ANBK dan laporkan permasalahan melalui menu Layanan Pengaduan di laman ANBK.

    8. Apa manfaat Rapor Pendidikan dan bagaimana pemanfaatannya?

    Rapor Pendidikan menyajikan hasil ANBK dan data lainnya untuk memetakan mutu pendidikan di setiap sekolah. Rapor Pendidikan bermanfaat untuk:

    • Evaluasi diri sekolah dan Dinas Pendidikan.
    • Perencanaan berbasis data untuk peningkatan kualitas pendidikan.
    • Penentuan indikator kinerja guru dan kepala sekolah.
    • Dasar pengambilan kebijakan dan program pemerintah.
    • Penilaian kinerja pemerintah daerah dalam layanan pendidikan.

  • 7 Kebiasaan Efektif untuk Pengembangan Diri dan Kesuksesan

    7 Kebiasaan Efektif untuk Pengembangan Diri dan Kesuksesan

    Pendahuluan

    Dalam kehidupan modern yang penuh dengan tuntutan, semakin banyak orang merasa perlu meningkatkan kualitas diri untuk mencapai tujuan dan kesuksesan pribadi maupun profesional.

    Salah satu panduan berharga untuk pengembangan diri adalah buku Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif karya Stephen R. Covey.

    Covey menjelaskan bahwa kesuksesan sejati adalah hasil dari kebiasaan yang membangun karakter kuat dan berdaya guna.

    Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi tujuh kebiasaan ini dan bagaimana mengaplikasikannya untuk meningkatkan produktivitas dan hubungan sosial.

    1. Proaktif: Bertanggung Jawab atas Hidup Anda
      Kebiasaan pertama adalah menjadi proaktif. Ini berarti kita harus bertanggung jawab atas tindakan, pikiran, dan emosi kita. Alih-alih bereaksi terhadap keadaan eksternal, kita harus berfokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Covey menekankan pentingnya memiliki “lingkar pengaruh” dan “lingkar kepedulian”– berfokuslah pada lingkar pengaruh, yaitu hal-hal yang bisa kita ubah, dan lepaskan hal-hal di luar kendali kita.

    Dengan menjadi proaktif, kita mengembangkan sikap positif dan lebih siap menghadapi tantangan hidup. Misalnya, ketika menghadapi kritik di tempat kerja, kita bisa merespons dengan menerima masukan dan memperbaiki diri, bukan dengan marah atau menyerah.

    1. Mulailah dengan Tujuan Akhir
      Covey percaya bahwa setiap tindakan sebaiknya diawali dengan visi tentang tujuan akhir yang ingin kita capai. Kebiasaan ini melibatkan pembuatan “peta”atau rencana hidup berdasarkan prinsip dan nilai yang paling penting bagi kita. Dengan memiliki tujuan yang jelas, kita akan lebih mudah menentukan keputusan sehari-hari yang mendukung pencapaian visi tersebut.

    Misalnya, jika tujuan utama Anda adalah hidup sehat, tindakan harian seperti memilih makanan yang lebih baik dan berolahraga akan terasa lebih bermakna. Ini mendorong kita untuk menjalani hidup dengan sengaja dan arah yang pasti.

    1. Dahulukan yang Utama
      Kebiasaan ketiga mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. Dalam kehidupan yang sibuk, kita sering kali terjebak melakukan tugas-tugas mendesak namun tidak penting. Covey menyarankan untuk mengelola waktu dengan memprioritaskan kegiatan yang mendukung tujuan jangka panjang kita, bukan sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari.

    Anda bisa menggunakan matriks manajemen waktu yang diperkenalkan Covey, di mana Anda memprioritaskan tugas berdasarkan urgensi dan kepentingan. Misalnya, menyusun rencana keuangan mungkin lebih penting untuk masa depan dibandingkan membalas pesan media sosial yang kurang mendesak.

    1. Berpikir Menang-Menang
      Dalam hubungan sosial maupun profesional, berpikir menang-menang adalah pendekatan yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai solusi saling menguntungkan. Kebiasaan ini mengajarkan kita untuk melihat kesuksesan bukan sebagai hasil dari persaingan, tetapi sebagai hasil dari kerja sama yang saling mendukung.

    Misalnya, dalam tim kerja, menemukan jalan tengah agar setiap anggota merasa diuntungkan dapat membangun hubungan yang harmonis. Dalam jangka panjang, pola pikir ini menciptakan lingkungan yang lebih suportif, meningkatkan loyalitas, dan membangun kepercayaan.

    1. Berusaha untuk Memahami Terlebih Dahulu, Baru Dipahami
      Covey menekankan bahwa memahami orang lain secara mendalam adalah dasar dari hubungan yang baik. Sebelum kita mengharapkan orang lain memahami pandangan kita, kita perlu berusaha untuk memahami perspektif mereka. Ini melibatkan mendengarkan secara empatik, bukan hanya mendengar kata-kata, tetapi memahami emosi dan makna di baliknya.

    Misalnya, ketika ada perselisihan dengan teman atau pasangan, coba dengarkan mereka sepenuh hati sebelum membalas. Sikap ini tidak hanya meredakan ketegangan, tetapi juga menunjukkan bahwa kita menghargai perasaan mereka.

    1. Sinergi: Kekuatan dalam Kolaborasi
      Sinergi adalah prinsip di mana kolaborasi menghasilkan hasil yang lebih baik daripada jika kita bekerja sendiri. Dalam kebiasaan ini, Covey mengajak kita untuk terbuka terhadap ide-ide orang lain dan menyadari bahwa perbedaan dapat menjadi kekuatan. Dengan sinergi, kita dapat menemukan solusi kreatif yang lebih kuat daripada apa yang bisa kita capai sendiri.

    Sebagai contoh, dalam sebuah proyek, memanfaatkan keahlian dan perspektif beragam dari anggota tim dapat memperkaya hasil akhir. Ketika setiap individu dihargai dan diberdayakan, sinergi akan tercipta, dan hasilnya pun lebih efektif.

    1. Mengasah Gergaji: Perawatan Diri Secara Berkala
      Kebiasaan terakhir adalah tentang menjaga keseimbangan dalam hidup. Covey menyebutnya “mengasah gergaji,” yang berarti kita perlu memperbarui diri secara rutin di empat aspek: fisik, mental, emosional, dan spiritual. Ini meliputi olahraga, belajar, mengelola stres, dan berhubungan dengan nilai-nilai yang kita yakini.

    Misalnya, seseorang yang rutin berolahraga dan beristirahat cukup akan lebih siap menghadapi tekanan. Dengan mengasah gergaji, kita selalu berada dalam kondisi terbaik untuk menghadapi tantangan yang datang.

    Kesimpulan

    Ketujuh kebiasaan ini adalah panduan yang sangat efektif dalam membantu kita menjalani hidup yang lebih terarah dan produktif. Dengan menerapkan kebiasaan ini, kita bisa membangun karakter yang kuat, memperbaiki hubungan dengan orang lain, dan meraih kesuksesan yang berkelanjutan. Kebiasaan ini tidak hanya bermanfaat bagi kesuksesan pribadi, tetapi juga mendukung kita dalam mencapai kedamaian dan keseimbangan dalam hidup.

    Mulailah dengan menerapkan satu kebiasaan, lalu tingkatkan secara bertahap. Dengan dedikasi, hasilnya akan terasa, dan Anda akan menjadi versi terbaik dari diri Anda.