Dalam dunia pendidikan, literasi dan numerasi adalah keterampilan dasar yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap siswa. Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca, tetapi juga pemahaman mendalam terhadap teks yang dibaca.
Begitu pula dengan numerasi, yang bukan sekadar menghitung tetapi juga kemampuan menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pada episode pertama dari Siniar GIAT SD, tema ini dikupas dengan berbagai perspektif oleh seorang guru yang berdedikasi, Bu Galih, yang berbagi pengalaman, tantangan, dan strategi yang digunakan untuk memperkuat keterampilan literasi dan numerasi di tingkat pendidikan dasar.
Artikel ini akan menggali lebih dalam topik literasi dan numerasi, peran penting guru dan orang tua, serta tantangan yang muncul akibat pandemi COVID-19.
Apa Itu Literasi dan Numerasi dalam Konteks Pendidikan Dasar?
Literasi di tingkat pendidikan dasar melampaui kemampuan membaca kata demi kata. Literasi yang ideal adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan menghubungkan apa yang dibaca dengan pengalaman sehari-hari. Numerasi juga memiliki dimensi yang lebih luas; ini mencakup pemahaman dan penerapan konsep matematika dalam berbagai situasi nyata.
Siswa yang menguasai literasi dan numerasi akan lebih siap menghadapi jenjang pendidikan selanjutnya dan memiliki kemampuan kritis dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Mengapa Literasi dan Numerasi Sangat Penting di Pendidikan Dasar?
Pendidikan dasar merupakan fondasi utama dalam pembentukan kemampuan belajar anak. Seperti yang dikemukakan Bu Galih, pendidikan dasar adalah landasan yang akan menentukan keberhasilan pembelajaran di jenjang berikutnya.
Anak-anak yang memiliki fondasi literasi dan numerasi yang kuat diharapkan dapat mengembangkan kemampuan analisis dan keterampilan berpikir kritis yang akan membantu mereka dalam mencapai prestasi akademik dan non-akademik yang lebih tinggi.
Peran Guru dan Orang Tua dalam Meningkatkan Literasi dan Numerasi
Meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi siswa bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, tetapi juga orang tua di rumah. Guru dapat membimbing dan mengajarkan keterampilan ini melalui berbagai metode dan pendekatan yang menarik. Misalnya, di sekolah, Bu Galih melakukan asesmen awal untuk mengetahui kemampuan literasi dan numerasi setiap siswa. Setelah itu, ia memberikan bimbingan tambahan bagi siswa yang memerlukan perhatian khusus.
Selain guru, orang tua juga memainkan peran penting. Pendidikan anak harus menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah dan rumah. Orang tua yang melibatkan diri dalam proses belajar anak, seperti membantu anak membaca di rumah atau memberikan kegiatan menghitung sederhana dalam kehidupan sehari-hari, dapat membantu memperkuat keterampilan dasar yang diajarkan di sekolah.
Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Literasi dan Numerasi
Pandemi COVID-19 telah berdampak signifikan pada dunia pendidikan, terutama pada aspek literasi dan numerasi. Pembelajaran jarak jauh yang berlangsung selama pandemi mengakibatkan keterampilan dasar anak menurun atau yang dikenal sebagai learning loss. Bu Galih menjelaskan bahwa banyak anak mengalami kesulitan dalam membaca dan berhitung karena berkurangnya waktu belajar efektif dan tergantikan oleh penggunaan perangkat digital. Salah satu tantangan besar setelah pandemi adalah penurunan fokus atau rentang perhatian anak selama pembelajaran tatap muka. Siswa yang terbiasa menggunakan perangkat digital cenderung mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi di kelas.
Strategi Mengatasi Learning Loss di Sekolah Dasar
Untuk mengatasi dampak learning loss pada keterampilan dasar seperti literasi dan numerasi, Bu Galih menerapkan strategi asesmen awal untuk memahami tingkat kemampuan siswa setelah pandemi.
Berdasarkan hasil asesmen, ia membedakan intervensi yang diberikan kepada siswa berdasarkan kebutuhan mereka. Siswa yang mengalami kesulitan membaca atau berhitung akan mendapatkan bimbingan tambahan di luar jam pelajaran reguler. Hal ini dilakukan agar setiap siswa dapat mengejar ketinggalan mereka tanpa mengganggu perkembangan teman-teman lainnya.
Membangun Kebiasaan Membaca dan Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis
Kebiasaan membaca sangat penting dalam pembentukan literasi dan numerasi yang baik. Di Indonesia, kebiasaan membaca masih belum terbentuk dengan baik dibandingkan negara-negara lain. Pengalaman Bu Galih saat belajar di luar negeri menunjukkan bahwa budaya membaca sangat kuat di masyarakat Inggris, yang menganggap membaca sebagai aktivitas sehari-hari. Kebiasaan membaca ini membentuk keterampilan berpikir kritis, karena siswa terbiasa memproses informasi dari berbagai sumber.
Di sekolah, Bu Galih menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan membaca. Misalnya, ia membuat pojok baca di kelas dan mendorong siswa untuk membaca bersama atau berdiskusi tentang isi bacaan mereka. Ia juga mengajak orang tua untuk menyediakan buku di rumah dan mendorong anak-anak mereka untuk mengunjungi perpustakaan.
Kebiasaan ini, jika dilakukan secara konsisten, dapat menumbuhkan kecintaan pada membaca serta kemampuan berpikir kritis dalam diri siswa.
Mengintegrasikan Literasi dan Numerasi ke dalam Berbagai Mata Pelajaran
Literasi dan numerasi tidak terbatas pada mata pelajaran bahasa dan matematika saja. Guru dapat mengintegrasikan kedua keterampilan ini ke dalam mata pelajaran lainnya, seperti Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK). Misalnya, dalam pelajaran PJOK, siswa belajar tentang gizi seimbang dengan membaca informasi nutrisi dan menghitung kebutuhan kalori harian.
Aktivitas ini menggabungkan literasi dan numerasi dengan cara yang relevan dan kontekstual bagi siswa.
Pentingnya Komitmen Bersama dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Perbaikan kualitas pendidikan membutuhkan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Bu Galih, sinergi antara pihak-pihak tersebut sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa. Jika orang tua, guru, dan masyarakat memiliki pemahaman yang sama tentang pentingnya literasi dan numerasi, maka siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang diajarkan di sekolah.
Tantangan Literasi dan Numerasi di Indonesia dan Harapan ke Depan
Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam bidang literasi dan numerasi. Menurut Bu Galih, kurang dari 20% siswa Indonesia mampu menyelesaikan soal-soal literasi yang membutuhkan pemahaman cerita atau narasi sederhana. Angka ini menunjukkan bahwa peningkatan literasi dan numerasi harus menjadi prioritas dalam sistem pendidikan kita. Ke depannya, diharapkan akan ada program-program yang lebih banyak untuk memperkuat keterampilan literasi dan numerasi, serta kebijakan yang mendukung akses yang lebih mudah terhadap buku dan bahan bacaan berkualitas.
Kesimpulan
Memperkuat literasi dan numerasi di tingkat pendidikan dasar adalah langkah krusial untuk membentuk generasi yang mampu berpikir kritis dan siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Guru, orang tua, dan masyarakat memiliki peran yang sama penting dalam menciptakan fondasi ini. Dalam menghadapi dampak pandemi, kita perlu strategi yang tepat untuk mengatasi learning loss, seperti asesmen awal dan intervensi yang sesuai untuk setiap siswa. Dengan membangun kebiasaan membaca dan berpikir kritis, serta mengintegrasikan literasi dan numerasi dalam berbagai aspek pendidikan, kita dapat mempersiapkan generasi masa depan yang cerdas, kreatif, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
FAQ
- Apa yang dimaksud dengan literasi dan numerasi dalam pendidikan dasar?
Literasi adalah kemampuan untuk membaca dan memahami teks secara kritis, sedangkan numerasi adalah kemampuan untuk menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. - Mengapa pandemi COVID-19 berdampak negatif pada literasi dan numerasi siswa?
Pandemi menyebabkan siswa kehilangan banyak waktu belajar tatap muka dan lebih banyak menggunakan perangkat digital, yang mengurangi waktu efektif untuk belajar membaca dan berhitung. - Apa peran orang tua dalam meningkatkan literasi dan numerasi anak?
Orang tua berperan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung di rumah, seperti membantu anak membaca dan memberikan kegiatan sederhana untuk memperkuat keterampilan berhitung. - Bagaimana guru dapat mengatasi kesenjangan literasi dan numerasi di kelas?
Guru dapat melakukan asesmen awal, memberikan intervensi khusus bagi siswa yang memerlukan bimbingan ekstra, dan membuat kegiatan belajar yang menarik dan relevan. - Apa harapan terhadap literasi dan numerasi di masa depan?
Diharapkan adanya peningkatan kesadaran akan pentingnya literasi dan numerasi, serta kebijakan yang mendukung akses lebih luas terhadap bahan bacaan berkualitas bagi anak-anak Indonesia.